ACS Smart farming, bright the future of farming
Edukasi Pertanian
Pelajari berbagai aspek pertanian melalui penjelasan berikut.
Teknik Budidaya Tanaman Tomat


Persiapan Lahan
Langkah pertama dalam menanam tomat adalah menyiapkan lahan dengan kondisi yang sesuai. Tanaman tomat memerlukan sinar matahari langsung minimal 6 jam setiap hari agar tumbuh optimal. Berikut hal-hal yang perlu dilakukan saat mempersiapkan lahan:
Pemilihan Lokasi: Pilih tempat dengan sirkulasi udara yang baik dan tidak mudah tergenang air.
Pengolahan Tanah: Cangkul tanah hingga menjadi gembur, kemudian buat bedengan setinggi 20–30 cm. Tomat tumbuh baik di tanah yang subur, mengandung banyak bahan organik, dan memiliki pH antara 6–6,8.
Pemberian Pupuk: Sebelum menanam, tambahkan pupuk kompos atau pupuk kandang untuk memperkaya unsur hara dalam tanah.
Persiapan Benih
Setelah lahan siap, tahap berikutnya adalah menyiapkan bibit tomat. Kamu bisa membeli bibit unggul dari toko pertanian, atau menanam sendiri dari biji. Jika memilih menanam dari biji, lakukan langkah-langkah berikut:
Menyiapkan Media Semai: Gunakan campuran tanah dan kompos sebagai media tanam. Masukkan ke wadah semai dan jangan dipadatkan terlalu keras.
Menanam Benih: Tanam biji tomat dengan kedalaman sekitar 0,5–1 cm, lalu tutup kembali dengan lapisan tipis tanah.
Perawatan Awal: Letakkan wadah semai di tempat yang cukup terang dan hangat. Jaga agar media tetap lembab tanpa terlalu basah. Bibit tomat biasanya siap dipindahkan ke lahan setelah berumur 3–4 minggu.
Perawatan Selama Pembibitan
Perawatan yang baik pada tahap pembibitan akan menghasilkan bibit yang sehat dan kuat. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan yaitu:
Penyiraman: Siram secara rutin agar media tetap lembab, tapi hindari air menggenang.
Pemupukan: Beri pupuk cair organik untuk membantu pertumbuhan bibit, terutama saat sudah muncul daun sejati.
Penjarangan: Bila bibit tumbuh terlalu rapat, lakukan penjarangan agar setiap bibit punya ruang cukup untuk berkembang.
Penanaman Bibit Ke Lahan
Setelah bibit tumbuh kuat dan memiliki beberapa daun sejati, bibit siap dipindahkan ke lahan tanam atau pot besar. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan:
Jarak Tanam: Atur jarak antar tanaman sekitar 50–70 cm, agar setiap tanaman mendapat ruang tumbuh yang cukup.
Kedalaman Tanam: Tanam bibit hingga bagian batang pertama tertutup tanah. Cara ini membantu pembentukan akar baru dan membuat tanaman lebih kokoh.
Perawatan Awal: Setelah ditanam, siram perlahan hingga lembab dan tambahkan mulsa di sekitar tanaman untuk menjaga kelembapan tanah.
Solanum lycopersicum L


Teknik Budidaya Tanaman Cabai
Capsicum frutescens L
Cabai rawit merupakan salah satu komoditas hortikultura bernilai ekonomi tinggi, baik di pasar lokal maupun ekspor. Untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas, diperlukan penerapan teknik budidaya yang tepat dan efisien. Berikut panduannya:
Syarat Tumbuh
• Ketinggian Tempat
Cabai rawit dapat tumbuh di berbagai daerah, mulai dari dataran rendah hingga tinggi, dengan ketinggian sekitar 0–500 meter di atas permukaan laut.
• Iklim
Tanaman ini idealnya tumbuh pada suhu udara 25–32°C dengan kelembapan sekitar 70–80%. Curah hujan yang baik berkisar antara 1.000–2.500 mm per tahun.
• Kondisi Tanah
Gunakan tanah yang subur, gembur, dan kaya bahan organik dengan tingkat keasaman (pH) antara 5,5–7,0.
Jika tanah terlalu asam, lakukan pengapuran menggunakan dolomit setidaknya dua minggu sebelum penanaman.
Persiapan Lahan
• Pembersihan Lahan
Bersihkan area tanam dari gulma, batu, dan sisa tanaman sebelumnya agar tidak menghambat pertumbuhan.
• Pengolahan Tanah
Cangkul atau bajak tanah hingga kedalaman 20–30 cm untuk memperbaiki struktur dan sirkulasi udara di dalam tanah.
• Pembuatan Bedengan
Buat bedengan selebar 1 meter, dengan tinggi 20–30 cm, dan beri jarak antarbedengan sekitar 50–60 cm agar drainase air lancar.
• Pengapuran (Jika Diperlukan)
Tambahkan kapur pertanian untuk menetralkan tanah yang terlalu asam dan menjaga kestabilan pH.
Persiapan Benih
• Pemilihan Benih
Gunakan benih unggul yang memiliki daya kecambah tinggi serta tahan terhadap hama dan penyakit.
• Perendaman Benih
Rendam benih dalam air hangat atau larutan fungisida selama 2–3 jam. Langkah ini membantu memecah masa dormansi dan melindungi benih dari penyakit.
• Media Semai
Gunakan campuran tanah, pasir, dan kompos dengan perbandingan 1:1:1 agar media semai gembur dan subur.
• Penyemaian
Sebarkan benih di atas media semai, lalu tutup tipis dengan tanah dan siram seperlunya. Simpan di tempat teduh dan lembab. Setelah 3–4 minggu atau saat bibit memiliki 4–5 helai daun, bibit siap dipindahkan ke lahan tanam.
Penanaman
• Jarak Tanam
Buat lubang tanam dengan jarak sekitar 50 cm antar tanaman dan 60–70 cm antar baris, agar setiap tanaman mendapat ruang cukup.
• Waktu Tanam
Lakukan penanaman di pagi atau sore hari supaya bibit tidak stres akibat panas matahari. Saat menanam, sertakan sedikit media semai agar akar tidak kering.
Pemeliharaan Tanaman
• Penyiraman
Sirami tanaman secara teratur sesuai kebutuhan. Penggunaan sistem irigasi tetes sangat disarankan karena lebih hemat air dan efisien.
• Pemupukan
Pupuk Dasar: Berikan pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang sebanyak ±20 ton per hektar sebelum penanaman.
Pupuk Susulan: Tambahkan pupuk NPK setiap 2–3 minggu sekali sesuai dosis yang direkomendasikan.
• Penyiangan
Bersihkan gulma di sekitar tanaman secara rutin agar tidak bersaing dalam menyerap nutrisi dan air.
• Pengendalian Hama dan Penyakit
Lakukan pemantauan secara berkala. Gunakan metode pengendalian terpadu, baik secara mekanis, biologis, maupun kimiawi bila diperlukan, agar tanaman tetap sehat.
Panen
Cabai rawit biasanya mulai dipanen pada umur 75–85 hari setelah tanam.
Panen dilakukan setiap 2–5 hari sekali, tergantung tingkat kematangan buah. Lakukan pemetikan pada pagi hari agar kualitas cabai tetap segar dan tidak cepat layu.

Teknik Budidaya Tanaman Timun


Cucumis sativus L
Syarat Tumbuh
Tanaman timun bisa tumbuh di hampir semua jenis lahan, tetapi hasil terbaik diperoleh bila kondisi tumbuhnya ideal:
Ketinggian Tempat: Cocok di dataran rendah hingga sedang (0–800 m dpl).
Suhu Udara: Optimal pada suhu 21–30°C.
Curah Hujan: Ideal sekitar 1.000–1.500 mm per tahun.
Kondisi Tanah: Subur, gembur, banyak bahan organik, dan memiliki pH tanah 6–7.
Pencahayaan: Membutuhkan sinar matahari penuh minimal 6 jam per hari.
Syarat Tumbuh
Langkah awal dalam budidaya timun adalah menyiapkan lahan agar kondisi tanah siap mendukung pertumbuhan tanaman:
Pembersihan Lahan: Singkirkan gulma, batu, dan sisa tanaman sebelumnya.
Pengolahan Tanah: Cangkul atau bajak tanah sedalam 20–30 cm, lalu biarkan selama beberapa hari agar aerasi tanah membaik.
Pembuatan Bedengan:
Lebar: ± 1 meter
Tinggi: 20–30 cm
Jarak antarbedengan: 40–50 cm
Pemupukan Dasar: Beri pupuk kandang atau kompos sebanyak 15–20 ton per hektar saat pengolahan tanah.
Pengapuran (opsional): Jika pH tanah di bawah 5,5, tambahkan kapur dolomit dua minggu sebelum tanam.
Periapan Benih
Pemilihan Benih: Gunakan benih unggul (hibrida atau lokal) yang tahan penyakit dan memiliki daya tumbuh tinggi.
Perendaman Benih: Rendam benih dalam air hangat (±50°C) selama 2–3 jam untuk mempercepat perkecambahan.
Penyemaian (opsional):
Bisa disemai dulu di polybag kecil berisi campuran tanah dan kompos (1:1).
Setelah tumbuh 2–3 helai daun sejati (±7–10 hari), pindahkan ke lahan.
Atau, bisa juga langsung ditanam di lahan bila kondisi tanah sudah baik.
Penanaman
Jarak Tanam:
Pola barisan tunggal: 60 x 70 cm
Pola barisan ganda: 60 x 100 cm
Kedalaman Lubang: Sekitar 2–3 cm.
Cara Menanam: Masukkan 2–3 biji timun per lubang, lalu tutup tipis dengan tanah halus.
Waktu Tanam: Lakukan di pagi atau sore hari agar tanaman tidak stres oleh panas matahari.
Pemeliharaan Tanaman
Perawatan yang rutin dan teratur sangat menentukan hasil panen timun:
a. Penyiraman
Lakukan setiap hari pada masa awal pertumbuhan.
Setelah tanaman kuat, siram 2–3 hari sekali tergantung kelembapan tanah.
Gunakan irigasi tetes jika memungkinkan untuk efisiensi air.
b. Penyiangan dan Pembumbunan
Bersihkan gulma di sekitar tanaman setiap 2 minggu sekali.
Lakukan pembumbunan (menimbun pangkal batang dengan tanah) saat tanaman berumur ±3 minggu agar akar lebih kuat.
c. Pemupukan Susulan
Berikan pupuk NPK 15:15:15 sebanyak ±100–150 kg/ha setiap 2 minggu sekali.
Tambahkan pupuk organik cair bila perlu untuk memperbaiki kesuburan tanah.
d. Pemasangan Ajir atau Rambatan
Pasang ajir (penyangga) dari bambu atau tali rafia agar batang timun merambat dengan baik dan buah tidak menyentuh tanah.
e. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama umum: kutu daun, ulat daun, dan lalat buah.
Penyakit umum: embun tepung dan busuk batang.
Lakukan pengendalian terpadu (PHT) — gabungan cara mekanis (membersihkan daun sakit), biologis (musuh alami), dan kimia (pestisida nabati bila perlu).
Panen
Waktu Panen: Timun bisa mulai dipanen 35–45 hari setelah tanam tergantung varietas.
Ciri Buah Siap Panen: Ukuran sudah maksimal, warna kulit hijau muda, dan belum terlalu tua (biji belum keras).
Frekuensi Panen: Setiap 2–3 hari sekali agar tanaman terus berproduksi.
Waktu Panen Terbaik: Pagi hari saat suhu masih sejuk agar buah tetap segar.
Penanganan Pasca Panen
Setelah panen, bersihkan buah dari kotoran.
Sortir timun berdasarkan ukuran dan kualitas.
Simpan di tempat teduh atau ruang bersuhu dingin agar kesegaran buah bertahan lebih lama.
Hindari menumpuk buah terlalu banyak agar tidak mudah busuk.


Teknik Budidaya Tanaman Jagung
Zea Mays
Pemilihan Benih Jagung
Langkah awal yang sangat penting adalah memilih jenis benih jagung unggul yang sesuai dengan kondisi lahan dan tujuan produksi. Berikut beberapa jenis varietas yang umum digunakan:
Jagung Hibrida: Memiliki potensi hasil tinggi, tahan terhadap penyakit, dan cocok ditanam di lahan yang luas.
Jagung Komposit: Dapat digunakan kembali untuk penanaman berikutnya, cocok bagi petani dengan lahan kecil.
Jagung Manis: Banyak diminati konsumen karena rasanya manis dan bernilai jual tinggi di pasaran.
Persiapan Lahan Yang Optimal
Lahan yang subur, gembur, dan bebas gulma merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya jagung. Berikut langkah-langkah yang perlu dilakukan:
Pengolahan Tanah: Bajak atau cangkul tanah sedalam 20–30 cm agar struktur tanah menjadi lebih gembur dan sirkulasi udara meningkat.
Pembersihan Lahan: Singkirkan gulma, batu, dan sisa tanaman sebelumnya untuk mencegah gangguan hama dan penyakit.
Pembuatan Bedengan: Atur jarak antar baris sekitar 75 cm agar tanaman memiliki ruang cukup untuk tumbuh optimal.
Teknik Penanaman Benih Jagung
Penanaman yang baik akan menentukan pertumbuhan awal tanaman. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan:
Jarak Tanam:
75 cm x 25 cm → 1 biji per lubang tanam.
75 cm x 40 cm → 2 biji per lubang tanam.
Kedalaman Tanam: Tanam benih pada kedalaman 3–5 cm agar mudah tumbuh.
Waktu Tanam: Waktu terbaik adalah awal musim hujan, karena ketersediaan air alami membantu pertumbuhan tanaman muda.
Pemupukan Yang Efektif
Pemupukan dilakukan secara bertahap sesuai fase pertumbuhan tanaman untuk mendukung perkembangan akar, batang, dan biji:
Umur 10 Hari Setelah Tanam (HST): Berikan pupuk dasar berupa Urea dan SP-36 untuk memperkuat akar dan pertumbuhan awal.
Umur 35 HST: Berikan pupuk lanjutan seperti KCl dan Urea untuk membantu pembentukan tongkol dan pengisian biji.
Penyiraman dan Irigasi yang Tepat
Tanaman jagung memerlukan air yang cukup, terutama pada fase pembungaan dan pengisian biji.
Jika menanam di musim kemarau, gunakan sistem irigasi tetes atau lakukan penyiraman secara rutin.
Hindari genangan air berlebih karena dapat menyebabkan akar busuk.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Beberapa jenis hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman jagung antara lain:
🐛 Ulat Grayak: Kendalikan dengan insektisida nabati atau pestisida selektif sesuai dosis anjuran.
🐞 Kutu Daun: Lakukan rotasi tanaman dan manfaatkan musuh alami seperti kumbang predator untuk mengendalikannya.
🌱 Busuk Batang: Pastikan sistem drainase lahan baik agar tidak terjadi kelembapan berlebih yang memicu penyakit.
Waktu dan Cara Panen Yang Benar
Tanaman jagung biasanya siap dipanen ketika:
Biji jagung mengeras dan warnanya berubah menjadi kuning keemasan.
Kulit jagung kering dan menimbulkan bunyi berisik saat diremas.
Kadar air biji mencapai sekitar 20–25%.
Panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari saat kondisi udara masih sejuk untuk menjaga kualitas biji.
Teknik Budidaya Tanaman Kangkung
Ipomoea aquatica


Syarat Tumbuh
Tanaman kangkung dapat tumbuh di hampir semua jenis lahan, tetapi hasil terbaik diperoleh jika kondisi tumbuhnya ideal:
Ketinggian Tempat: Cocok ditanam di dataran rendah hingga menengah (0–800 m dpl).
Suhu Ideal: Antara 24–30°C.
Curah Hujan: Sekitar 500–1.500 mm per tahun.
Jenis Tanah: Tanah gembur, subur, dan kaya bahan organik dengan pH antara 6–7.
Cahaya Matahari: Butuh sinar matahari penuh minimal 5–6 jam per hari agar daun hijau segar dan tidak mudah layu.
Persiapan Lahan
Lahan yang baik akan mendukung pertumbuhan kangkung yang cepat dan seragam.
Pembersihan Lahan: Bersihkan gulma, batu, dan sisa tanaman sebelumnya.
Pengolahan Tanah: Cangkul atau bajak tanah sedalam 20–25 cm, kemudian biarkan selama 2–3 hari agar aerasi tanah membaik.
Pembuatan Bedengan:
Lebar: ± 1 meter
Tinggi: 15–20 cm
Jarak antarbedengan: 30–40 cm
Pemupukan Dasar: Tambahkan kompos atau pupuk kandang sebanyak 10–15 ton per hektar untuk memperkaya unsur hara tanah.
Pemilihan Benih
Gunakan benih kangkung unggul yang memiliki daya tumbuh tinggi dan pertumbuhan seragam. Jenis kangkung umumnya dibedakan menjadi dua:
Kangkung Darat: Tumbuh di tanah tanpa genangan air, cocok untuk budidaya intensif di lahan kering.
Kangkung Air: Tumbuh di lahan berair atau sawah, cocok untuk daerah yang dekat sumber air.
Penanaman
Kangkung bisa ditanam langsung dari biji tanpa melalui proses penyemaian.
Jarak Tanam:
Kangkung darat: 20 x 20 cm
Kangkung air: 30 x 30 cm
Kedalaman Tanam: Benamkan biji sekitar 1–2 cm ke dalam tanah, lalu tutup tipis dengan tanah halus.
Waktu Tanam: Waktu terbaik adalah pagi atau sore hari agar kelembapan tanah tetap terjaga.
Pemeliharaan
Perawatan yang teratur akan membuat pertumbuhan kangkung cepat dan seragam.
a. Penyiraman
Lakukan penyiraman setiap pagi dan sore pada 5 hari pertama setelah tanam.
Setelah itu, cukup siram 1 kali sehari atau sesuai kondisi cuaca.
Untuk kangkung air, pastikan ketinggian air tetap stabil (tidak terlalu dalam atau kering).
b. Penyiangan
Bersihkan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman agar tidak mengganggu pertumbuhan dan mengurangi kompetisi unsur hara.
c. Pemupukan Susulan
Berikan pupuk NPK atau pupuk organik cair sekitar 10–15 hari setelah tanam (HST) untuk mempercepat pertumbuhan daun.
d. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama umum: ulat daun dan kutu daun.
Pengendalian: gunakan pestisida nabati (dari bawang putih, daun mimba, atau serai) agar aman bagi lingkungan.
Panen
Kangkung merupakan tanaman berumur pendek, sehingga cepat menghasilkan panen.
Waktu Panen: Umumnya siap panen dalam waktu 20–30 hari setelah tanam, tergantung varietas dan kondisi lahan.
Ciri Siap Panen: Tinggi tanaman mencapai 20–30 cm dan daun tampak hijau segar.
Cara Panen:
Kangkung darat: dipotong ±2 cm di atas permukaan tanah agar bisa tumbuh kembali.
Kangkung air: dicabut bersama akar atau dipotong batangnya tergantung metode budidaya.
Frekuensi Panen: Untuk kangkung darat, bisa dipanen 2–3 kali dari satu kali tanam jika dirawat dengan baik.
Pasca Panen
Setelah panen, kumpulkan kangkung di tempat teduh untuk mencegah layu.
Cuci bersih dengan air bersih, tiriskan, lalu ikat dalam ukuran yang seragam.
Simpan di tempat sejuk atau dalam wadah berlapis daun pisang agar tetap segar sebelum dipasarkan.



Teknik Budidaya Tanaman Paria
Momordica charantia L
Syarat Tumbuh
Agar paria tumbuh optimal, kondisi lingkungan perlu diperhatikan:
Ketinggian Tempat: Cocok ditanam di dataran rendah hingga 700 m dpl.
Suhu Ideal: Sekitar 25–30°C.
Curah Hujan: Ideal antara 1.000–2.000 mm per tahun.
Jenis Tanah: Tanah gembur, subur, dan kaya bahan organik dengan pH 6–6,5.
Cahaya Matahari: Butuh penyinaran penuh (tidak cocok di tempat teduh).
Persiapan Lahan
Langkah awal yang penting untuk menentukan keberhasilan budidaya:
Pembersihan Lahan: Bersihkan lahan dari gulma, batu, dan sisa tanaman sebelumnya.
Pengolahan Tanah:
Cangkul atau bajak tanah sedalam 30–40 cm agar gembur.
Diamkan tanah selama 5–7 hari untuk aerasi.
Pembuatan Bedengan:
Lebar bedengan: 100–120 cm, tinggi 30 cm.
Jarak antarbedengan: 50–60 cm.
Pemupukan Dasar: Campurkan pupuk kandang atau kompos sebanyak 15–20 ton per hektar.
Pemasangan Ajir / Lanjaran: Karena paria tanaman merambat, pasang ajir setinggi 1,5–2 meter sejak awal agar tanaman bisa tumbuh tegak dan mudah dirawat.
Persiapan Benih
Pemilihan Benih: Pilih benih unggul yang sehat, berwarna cokelat tua, dan tidak cacat.
Perendaman Benih: Rendam dalam air hangat (±50°C) selama 4–6 jam untuk mempercepat perkecambahan.
Penyemaian:
Gunakan media semai dari campuran tanah + kompos (1:1).
Tanam benih sedalam 2–3 cm, tutup tipis dengan tanah, dan siram secukupnya.
Bibit siap dipindah ke lahan setelah berumur 10–14 hari atau memiliki 2–3 helai daun sejati.
Penanaman
Jarak Tanam:
Pola tanam 1 baris per bedengan dengan jarak 60–80 cm antar tanaman.
Lubang Tanam:
Buat lubang sedalam 5–7 cm, beri sedikit pupuk kandang matang, lalu tanam bibit.
Waktu Tanam:
Ideal dilakukan pada awal musim hujan atau di musim kemarau dengan sistem irigasi.
Penanaman:
Tanam bibit bersama sedikit media semainya agar akar tidak rusak.
Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman
Lakukan penyiraman setiap hari pada pagi atau sore hari, terutama di awal pertumbuhan.
Setelah tanaman kuat, cukup disiram 2–3 kali seminggu, tergantung kondisi tanah.
b. Pemupukan Susulan
Untuk mendukung pertumbuhan daun, bunga, dan buah:
Umur 2 minggu setelah tanam: Beri pupuk NPK 16:16:16 atau campuran urea + TSP + KCl (2:1:1).
Umur 1 bulan ke atas: Tambahkan pupuk cair organik atau NPK dengan dosis ringan tiap 10–15 hari.
Pemupukan dilakukan di sekitar pangkal batang dengan jarak ±10 cm.
c. Penyiangan dan Pembumbunan
Lakukan penyiangan setiap 2–3 minggu untuk menekan gulma.
Timbun pangkal batang dengan tanah agar tanaman tidak mudah roboh.
d. Perambatan dan Pemangkasan
Bimbing batang utama ke ajir/lajur tali.
Lakukan pemangkasan pucuk setelah tanaman mencapai panjang ±1,5 meter agar tumbuh cabang produktif.
e. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama umum: kutu daun, ulat daun, lalat buah.
Penyakit umum: embun tepung dan busuk buah.
Gunakan pestisida nabati (ekstrak daun mimba, bawang putih, atau serai) atau pestisida kimia sesuai dosis bila serangan berat.
Pembuahan dan Panen
Waktu Berbunga: Biasanya mulai 3–4 minggu setelah tanam.
Pembuahan: Paria membutuhkan penyerbukan, bisa dilakukan secara alami oleh serangga atau dibantu manual jika perlu.
Panen Pertama: Umumnya dilakukan 55–70 hari setelah tanam tergantung varietas.
Ciri Paria Siap Panen:
Buah berwarna hijau muda hingga hijau tua, permukaan kasar, dan ukuran sudah maksimal tapi belum terlalu tua.
Cara Panen:
Petik buah beserta tangkainya dengan hati-hati agar tidak merusak tanaman.
Lakukan panen setiap 2–3 hari sekali karena paria cepat tumbuh kembali.
Pascapanen dan Penyimpanan
Pisahkan buah yang rusak dari yang baik.
Cuci dan keringkan paria dari sisa tanah atau air.
Simpan di tempat sejuk dan kering atau di lemari pendingin untuk memperpanjang kesegaran.
Hindari tumpukan terlalu tinggi agar tidak memar.



Teknik Budidaya Tanaman Pakcoy
Brassica rapa var. chinensis
Pakcoy atau bok choy merupakan sayuran daun dari keluarga sawi yang banyak digemari karena rasanya segar dan kaya nutrisi. Tanaman ini cepat tumbuh, mudah dirawat, dan cocok dibudidayakan di dataran rendah maupun tinggi.
Berikut langkah-langkah budidaya pakcoy yang baik dan benar:
Syarat Tumbuh
Agar hasilnya maksimal, perhatikan kondisi tumbuh berikut:
Ketinggian Tempat: Cocok di dataran rendah hingga tinggi (± 5–1.200 m dpl).
Suhu Ideal: Berkisar antara 18–27°C.
Curah Hujan: Ideal antara 1.000–1.500 mm per tahun.
Jenis Tanah: Tanah gembur, subur, dan kaya bahan organik, dengan pH 6–7.
Cahaya Matahari: Memerlukan sinar matahari langsung sekitar 5–6 jam per hari.
Persiapan Lahan
Langkah awal adalah menyiapkan lahan agar tanah siap mendukung pertumbuhan tanaman.
Pembersihan Lahan: Bersihkan gulma, batu, dan sisa tanaman sebelumnya.
Pengolahan Tanah: Cangkul atau bajak sedalam 20–30 cm untuk memperbaiki aerasi tanah.
Pembuatan Bedengan:
Lebar: 100–120 cm
Tinggi: 20–25 cm
Jarak antarbedengan: 30–40 cm
Pemupukan Dasar: Campurkan pupuk kandang atau kompos sebanyak 10–15 ton per hektar secara merata di lahan sebelum tanam.
Pengapuran (jika perlu): Jika pH tanah rendah (<6), tambahkan kapur dolomit dua minggu sebelum tanam.
Persiapan Benih
Pemilihan Benih: Gunakan benih pakcoy unggul yang memiliki daya tumbuh tinggi, tahan penyakit, dan pertumbuhannya seragam.
Penyemaian Benih:
Gunakan tray semai atau wadah kecil berisi campuran tanah dan kompos (perbandingan 1:1).
Tebar benih di media semai, tutup tipis dengan tanah, dan siram secukupnya.
Simpan di tempat teduh dan lembab.
Pemeliharaan Bibit: Bibit biasanya siap dipindahkan ke lahan setelah berumur 2–3 minggu atau memiliki 4–5 helai daun sejati.
Penanaman
Jarak Tanam: Atur jarak antar tanaman 25 x 25 cm atau 30 x 30 cm, tergantung varietas.
Cara Tanam:
Buat lubang tanam sedalam ±5 cm.
Pindahkan bibit bersama media semainya agar akar tidak rusak.
Lakukan penanaman pada pagi atau sore hari agar bibit tidak stres.
Pemeliharaan Tanaman
Perawatan rutin sangat penting untuk mendapatkan tanaman yang sehat dan daun yang segar.
a. Penyiraman
Lakukan setiap hari, terutama pada pagi atau sore hari.
Jika musim hujan, kurangi frekuensi penyiraman agar tanah tidak terlalu basah.
b. Penyiangan dan Pembumbunan
Singkirkan gulma secara berkala agar tidak bersaing dengan tanaman.
Lakukan pembumbunan (menimbun pangkal batang dengan tanah) saat tanaman berumur 2 minggu agar tanaman lebih kokoh.
c. Pemupukan Susulan
Berikan pupuk NPK (16:16:16) sebanyak ±1 sendok makan per 10 tanaman setiap 10–15 hari sekali.
Alternatifnya, gunakan pupuk organik cair untuk menjaga kesuburan tanah.
d. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama umum: ulat daun, kutu daun, dan belalang.
Penyakit umum: busuk daun dan bercak hitam.
Gunakan pestisida nabati (ekstrak daun pepaya, serai, atau mimba) untuk mengendalikannya secara ramah lingkungan.
Panen
Waktu Panen: Tanaman pakcoy dapat dipanen pada umur 30–40 hari setelah tanam, tergantung varietas.
Ciri Siap Panen: Daun berwarna hijau segar, batang gemuk, dan tinggi tanaman sekitar 20–25 cm.
Cara Panen:
Cabut seluruh tanaman bersama akarnya atau potong bagian pangkal batang ±2 cm dari permukaan tanah.
Lakukan panen pada pagi hari agar daun tetap segar.
Pasca Panen dan Penyimpanan
Cuci pakcoy dengan air bersih untuk menghilangkan tanah dan kotoran.
Tiriskan dan kumpulkan dalam wadah bersih.
Simpan di tempat teduh atau dalam lemari pendingin agar tetap segar sebelum dipasarkan.


Teknik Budidaya Tanaman Buncis
Phaseolus vulgaris L.
Syarat Tumbuh
Agar tanaman buncis tumbuh optimal, perhatikan beberapa hal berikut:
Ketinggian Tempat: Cocok ditanam di daerah 300–1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Suhu Ideal: Sekitar 20–25°C.
Curah Hujan: Ideal antara 1.000–1.500 mm per tahun.
Jenis Tanah: Tanah gembur, subur, dan kaya bahan organik dengan pH 6–7.
Penyinaran: Membutuhkan sinar matahari penuh sepanjang hari agar hasilnya maksimal.
Persiapan Lahan
Langkah awal budidaya dimulai dari penyiapan lahan yang baik agar tanaman tumbuh subur:
Pembersihan Lahan: Bersihkan gulma, batu, dan sisa tanaman sebelumnya.
Pengolahan Tanah:
Cangkul atau bajak tanah sedalam 30–40 cm hingga gembur.
Diamkan selama beberapa hari agar terkena udara.
Pembuatan Bedengan:
Buat bedengan selebar 100–120 cm dan tinggi 25–30 cm.
Jarak antar bedengan sekitar 40–50 cm.
Pemupukan Dasar: Campurkan pupuk kandang atau kompos sebanyak 15–20 ton per hektar sebelum tanam.
Pemilihan dan Persiapan Benih
Pemilihan Benih: Pilih benih unggul yang sehat, berwarna mengkilap, tidak keriput, dan bebas penyakit.
Perendaman Benih: Rendam benih dalam air hangat selama 3–4 jam untuk mempercepat perkecambahan.
Penaburan Benih: Jika ingin semai terlebih dahulu, gunakan media tanah + kompos (1:1). Namun, buncis umumnya langsung ditanam di lahan tanpa penyemaian.
Penanaman
Waktu Tanam: Waktu terbaik adalah awal musim hujan atau musim kemarau dengan sistem irigasi cukup.
Cara Tanam:
Buat lubang sedalam 3–5 cm.
Masukkan 1–2 biji buncis per lubang.
Tutup kembali dengan tanah tipis.
Jarak Tanam:
Untuk buncis tegak: 40 x 30 cm.
Untuk buncis merambat: 50 x 50 cm dengan ajir atau lanjaran sebagai penopang.
Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman
Siram secara rutin, terutama saat awal pertumbuhan, pembungaan, dan pembentukan polong.
Hindari tanah terlalu becek karena dapat menyebabkan akar busuk.
b. Penyiangan
Bersihkan gulma di sekitar tanaman setiap 2–3 minggu sekali agar tidak berebut nutrisi.
c. Pembumbunan
Timbun pangkal batang dengan tanah untuk memperkuat tanaman dan membantu pembentukan akar baru.
d. Pemupukan Susulan
Umur 2 minggu setelah tanam: Beri pupuk NPK 15:15:15 atau campuran urea + TSP + KCl (2:1:1).
Umur 4–5 minggu: Lakukan pemupukan ulang dengan dosis setengah dari sebelumnya.
Taburkan pupuk di sekitar pangkal tanaman dan tutup tanah kembali.
e. Pemasangan Ajir (Untuk Buncis Merambat)
Pasang ajir bambu setinggi 1,5–2 meter sejak tanaman berumur ±1 minggu.
Bimbing batang utama agar merambat ke ajir dengan rapi.
Penen
Waktu Panen: Umumnya 45–60 hari setelah tanam tergantung varietas.
Ciri Buncis Siap Panen:
Polong masih muda, berwarna hijau segar, permukaannya halus, dan belum berisi penuh biji.
Cara Panen:
Petik polong menggunakan tangan dengan hati-hati agar tidak merusak batang atau bunga yang belum tumbuh.
Lakukan panen setiap 2–3 hari sekali agar produksi berkelanjutan.
Pasca Panen dan Penyimpanan
Sortir buncis berdasarkan ukuran dan kualitas.
Cuci dengan air bersih, tiriskan, lalu simpan di wadah terbuka di tempat sejuk.
Untuk menjaga kesegaran lebih lama, simpan di suhu 10–15°C.



Teknik Budidaya Tanaman Terong
Solanum melongena L
Syarat Tumbuh
Agar tanaman terong tumbuh optimal, perhatikan kondisi lingkungan berikut:
Ketinggian Tempat: Cocok ditanam di dataran rendah hingga 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Suhu Ideal: Sekitar 22–30°C.
Curah Hujan: Idealnya 1.000–2.000 mm per tahun.
Tanah: Subur, gembur, kaya bahan organik, dan memiliki pH 5,5–6,8.
Penyinaran: Terong membutuhkan sinar matahari penuh minimal 6 jam per hari.
Persiapan Lahan
Langkah awal dalam budidaya terong adalah menyiapkan lahan dengan baik agar pertumbuhan tanaman optimal.
Pembersihan Lahan: Bersihkan gulma, batu, dan sisa tanaman sebelumnya.
Pengolahan Tanah:
Cangkul atau bajak tanah sedalam 30–40 cm agar gembur dan udara bisa masuk.
Diamkan tanah selama beberapa hari sebelum dibuat bedengan.
Pembuatan Bedengan:
Lebar: 100–120 cm, tinggi 30 cm, jarak antarbedengan 40–50 cm.
Pemupukan Dasar:
Campurkan pupuk kandang atau kompos sebanyak 15–20 ton per hektar secara merata di atas bedengan.
Persiapan Lahan
a. Pemilihan Benih
Gunakan benih unggul yang bebas penyakit, cepat berbuah, dan sesuai dengan kondisi lahan.
Beberapa varietas populer antara lain: Terong Ungu, Terong Hijau, dan Terong Leunca.
b. Penyemaian
Media Semai: Campurkan tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1.
Perendaman Benih: Rendam benih dalam air hangat selama 15–30 menit untuk mempercepat perkecambahan.
Penaburan Benih:
Sebar benih di media semai, tutup tipis dengan tanah, dan siram halus.
Letakkan di tempat teduh namun tetap mendapatkan sirkulasi udara baik.
Perawatan:
Jaga kelembapan media dengan penyiraman rutin.
Bibit siap pindah tanam setelah berumur 3–4 minggu atau memiliki 4–5 helai daun sejati.
Penanaman
Waktu Tanam: Terbaik dilakukan pada awal musim hujan atau musim kemarau dengan irigasi cukup.
Jarak Tanam:
Umumnya 60 x 70 cm atau 70 x 80 cm antar tanaman.
Cara Tanam:
Buat lubang sedalam 5–7 cm, masukkan bibit beserta sedikit media semainya, lalu tutup dengan tanah halus.
Penyiraman Awal:
Setelah tanam, siram tanaman secara perlahan agar akar cepat beradaptasi.
Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman
Lakukan penyiraman 2 kali sehari (pagi dan sore) pada awal pertumbuhan.
Setelah tanaman kuat, penyiraman bisa dilakukan 2–3 kali seminggu tergantung cuaca.
b. Penyiangan dan Pembumbunan
Bersihkan gulma di sekitar tanaman setiap 2–3 minggu sekali.
Timbun pangkal batang dengan tanah agar tanaman berdiri kokoh.
c. Pemupukan Susulan
Pemupukan 1 (2 minggu setelah tanam):
Gunakan campuran urea, TSP, dan KCl (2:1:1) dengan dosis ringan.Pemupukan 2 (1 bulan setelah tanam):
Tambahkan pupuk NPK 16:16:16 atau pupuk cair organik setiap 10–15 hari.Taburkan pupuk di sekitar batang dengan jarak ±10 cm dari pangkalnya.
d. Perempelan dan Pemangkasan
Pangkas tunas yang tumbuh di bawah cabang utama agar energi tanaman terfokus pada pembentukan buah.
Sisakan 2–3 cabang utama yang tumbuh kuat dan sehat.
e. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama Umum: Ulat daun, kutu daun, dan penggerek buah.
Penyakit Umum: Layu bakteri, embun tepung, dan busuk buah.
Gunakan pestisida nabati (misalnya dari daun mimba atau bawang putih) atau pestisida kimia sesuai dosis bila serangan berat.
Pastikan drainase baik dan lakukan rotasi tanaman agar penyakit tidak menumpuk di tanah.
Panen
Waktu Panen: Terong bisa dipanen pertama kali pada umur 70–80 hari setelah tanam, tergantung varietasnya.
Ciri Terong Siap Panen:
Kulit buah mengkilap, padat, dan belum terlalu tua (biji belum keras).
Cara Panen:
Petik buah menggunakan tangan atau gunting dengan menyisakan sedikit tangkai.
Lakukan panen setiap 3–5 hari sekali agar buah baru terus tumbuh.
Pasca Panen dan Penyimpanan
Sortir buah yang rusak atau cacat.
Cuci bersih dan tiriskan hingga kering.
Simpan di tempat sejuk dan teduh (suhu 10–15°C) agar tidak cepat layu.
Terong segar biasanya bisa bertahan hingga 5–7 hari setelah panen bila disimpan dengan baik.


Galeri
Edukasi tentang pertanian yang menarik




FAQ
Apa itu pertanian?
Pertanian adalah kegiatan mengolah tanah.
Mengapa belajar pertanian?
Belajar pertanian penting untuk ketahanan pangan.
Apa manfaat pertanian modern?
Pertanian modern meningkatkan hasil dan efisiensi.
Siapa yang bisa belajar?
Siapa saja bisa belajar tentang pertanian.
Apa itu hidroponik?
Hidroponik adalah metode tanam tanpa tanah.
Bagaimana cara memulai pertanian?
Mulailah dengan riset dan pemilihan tanaman yang tepat.
Kontak
Hubungi kami untuk informasi lebih lanjut.